POTRET PERKELAPAAN DI INDRAGIRI HILIR, RIAU

Mestika dari Tanah Sri Gemilang 

Feature | Sabtu, 15 April 2023 - 23:00 WIB

Mestika dari Tanah Sri Gemilang 
Idrus, petani kelapa di Kampung Hidayat, Desa Teluk Dalam Kecamatan Kuala Indragiri, Kabupaten Indragiri Hilir. (DESRIANDI CANDRA/RIAUPOS.CO)

BAGIKAN



BACA JUGA


Strategi Stabilisasi Harga

Pemkab Inhil menyadari kalau ada 67 persen masyarakat Inhil yang menggantungkan hidupnya, ekonominya pada hasil kelapa dari jumlah penduduk Inhil yang saat ini mencapai 652.342 ribu (data Kemendagri per tahun 2021).


Begitu besarnya, masyarakat Inhil yang menggantungkan ekonominya dari perkebunan kelapa, Pemkab Inhil terus berupaya melakukan terobosan agar harga jual kelapa naik.

Menurut Abdurrahman lagi, pada  2017 lalu, harga kelapa petani sempat mencapai Rp3.000 per kg. Namun tak bertahan lama dan terus turun hingga pernah menyentuh Rp600 per kg. Belum adanya peraturan pemerintah dalam tata niaga kelapa, menjadi salah satu kelemahan tersendiri.

Sehingga harga kelapa cenderung tidak stabil, tergantung negosiasi di bawah. Berbeda dengan kelapa sawit, sudah ada peraturan pemerintah sehingga pemerintah bisa melakukan intervensi ke perusahaan dalam penetapan harga jual kelapa sawit.

Dalam berbagai pertemuan tingkat provinsi dan nasional, Pemkab Inhil terus menggaungkan itu, mendorong terciptanya peraturan pemerintah yang mengatur tentang tata niaga kelapa, termasuk melalui asosiasi perkelapaan Indonesia.

“Pemkab kelimpungan. Kelapa berbeda dengan kelapa sawit yang harganya ditentukan dengan  harga eceran tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah. Sementara kelapa belum, sehingga harga ditentukan harga pasar,” ujar Abdurrahman

Mendorong tumbuhnya kelompok tani yang menghasilkan produk home industri turunan kelapa. Selain Kelompok Nyiur Terpadu, ada empat kelompok tani lain yang sudah terbentuk meski masih pemula. Disbun Inhil, berencana menghubungkan mereka dengan Kelompok Tani Nyiur Terpadu yang dipimpin Juari, agar mereka bisa belajar tentang pengolahan turunan kelapa, terutama VCO yang lebih diminati.

Pemkab sesuai dengan kemampuan berupaya membantu memberikan fasilitas seperti bantuan alat untuk pengolahan minyak VCO. Tahun lalu (2022), ada lima titik yang di bantu oleh Disbun Inhil. Di antara mereka ada juga yang mendapatkan bantuan mesin membuat minyak kelapa, natadecoco.

Langkah lain yang dilakukan Pemkab Inhil dengan mendorong PT Pulau Sambu sebagai perusahaan terbesar dalam industri kelapa di Riau, untuk mengambil buah kelapa petani, terutama yang berada di wilayah operasionalnya dengan harga yang sama dengan pabrik dan mau menjemput “bola” buah-buah kelapa petani.

Hasil komunikasi dengan pihak perusahaan direspons oleh PT Pulau Sambu. Perusahaan pengolah berbagai industri kelapa itu, membuat pancang-pacang (lokasi penjempuyan) kelapa petani lebih dekat dengan petani. Pembuatan pancang-pancang penjemputan kelapa petani yang lebih dekat, mengurangi dominasi tengkulak terhadap kelapa petani dan mengurangi ongkos angkut sehingga harga yang diterima petani kelapa lebih mahal.

Ke depan, Pemkab akan mencoba menjajaki kerja sama dengan PT Pulau Sambu, minimal dalam pembelian kelapa petani, bisa lebih tinggi dari tauke-tauke pengumpul kelapa petani. Sehingga sedikit mengurangi panjangnya mata rantai.

Untuk menggesa industri pengolahan kelapa yang dihasilkan para petani kelapa di Inhil, Pemkab Inhil dan Bupati Inhil HM Wardan dalam berbagai pertemuan di Riau maupun tingkat nasional terus menggaungkan peluang investasi kelapa di Inhil. 

Dengan memberikan kemudahan dalam pengurusan izin. Bahkan Pemkab bersedia akan mencarikan lokasi bagi investor yang akan menanamkan investasinya. Pemkab Inhil menawarkan peluang investasi industri kelapa di daerah Kecamatan Mandah, Kecamatan Pelangiran, Kecamatan Gaung, Kecamatan Gaung Anak Serka, Kecamatan Enok, Kecamatan Reteh dan Kecamatan Kerintang yang dinilai cocok untuk industri kelapa yang baru.

Dengan tumbuhnya perusahaan pengolah produk kelapa, tentu akan membantu stabilisasi harga, bahkan harga kelapa petani bisa naik. Di mana akan ada persaingan harga antarperusahaan industri kelapa yang tidak didominasi satu perusahaan.

Selain PT Pulau Sambu, sebenarnya, papar Abdurrahman, di Inhil ada juga PT Inhil Sarimas yang juga mengolah hilirisasi produk kelapa. Seperti santan, minyak goreng, nata decoco dan lainnya. Hanya saja, operasional mereka masih belum lancar bahkan sempat terhenti.

"Baru beberapa waktu kemarin, PT Inhil Sari Mas berkomunikasi kembali kalau mereka akan kembali beroperasi, " katanya.

Apa yang disampaikan Plt Kadisbun Inhil Abdurrahman, tak ditampik  manajemen PT Pulau Sambu Group.

“Kami saat ini sudah membuat pancang-pancang penjemputan kelapa petani. Agar mengurangi biaya angkut, mengurangi dominasi tengkulak dan harga yang lebih baik,” papar Kepala  Humas PT Pulau Sambu Group, Alim Ginting.

PT Pulau Sambu sudah  berdiri di Kabupaten Indragiri Hilir (Inhil) sejak 50 tahun. Dalam usianya itu, PT Pulau Sambu Group mampu menyerap 20 ribu tenaga kerja. PT Pulau Sambu Group mampu menyerap 5 juta butir kelapa per hari.

Dari jumlah itu, 90 persen kebutuhan kelapa dipasok dari perkebunan kelapa rakyat dan hanya 10 persen dari kebun kelapa perusahaan dan plasma atau sekitar 20 ribu hektare. Karena itu, keberadaan petani kelapa rakyat tidak bisa dibiarkan begitu saja.

PT Pulau Sambu, lewat dua perusahaan pengolahan industri kelapanya di Sungai Guntung dan Enok Tanah Merah, kata Alim Ginting, telah mengekspor produk-produk industri kelapanya ke 80 negara di seluruh dunia.

Misal, VCO, minyak kelapa, santan kelapa, bungkil dan lainnya. Sejak berdiri hingga 2018 , PT Pulau Sambu Group telah melakukan sustainable. Dengan ketergantungan pasokan buah kelapa yang begitu besar dari petani kelapa rakyat, membuat perusahaan harus memperhatikan kesejahteraan petani kelapa. Mereka juga membangun tri ata air bagi petani, terutama yang berdekatan dengan wilayah operasional perusahaan.

Alim Ginting yakin, meski harga kelapa di Inhil saat ini sedang turun, harga kelapa petani suatu saat bisa naik. Pengaruh yang besar terhadap penentuan harga kelapa tergantung permintaan industri turunan kelapa.

“Seandainya permintaan industri kelapa naik, maka akan berdampak positif pada harga jual kelapa petani,” ujar Ginting.

Kondisi harga kelapa di Inhil yang turun naik, tidak hanya dialami oleh petani kelapa di Inhil bahkan Indonesia, tetapi juga di luar negeri. Malaysia, Filipina, Cina, dan Thailand adalah negara pengolah industrilisasi kelapa.

“Bahkan Cina itu membawa kontainer ke Palembang untuk membeli kelapa bulat petani. Jadi sangat mungkin sekali harga kelapa kembali bisa naik dan baik,” ujarnya.

Tidak hanya petani kelapa yang saat ini tengah dilanda dengan penurunan harga kelapa, tetapi mereka sebagai pelaku industri juga terkena dampaknya. Krisis ekonomi global yang diakibatkan perang Rusia-Ukraina memberikan pengaruh, tetapi tetap harus bisa dilalui.

PT Pulau Sambu, di sisi lain tidak bisa melakukan produksi industri turunan kelapa besar-besaran. Pasalnya, bila itu dilakukan, maka produk banyak yang tidak laku di pasaran yang juga dipengaruhi dengan kedarluarsa produknya.

Misal, santan kelapa tidak bisa bertahan lama. Ia hanya bisa bertahan setahun. Air kelapa juga hanya bisa bertahan setahun. Beda dengan minyak goreng yang kedarluarsanya lebih lama. Sementara santan dan air kelapa kemasan merupakan produk unggulkan dari PT Pulau Sambu Group.

Ginting berharap, selaku pelaku industri kelapa di Inhil, produk kelapa butiran itu tidak dibawa keluar. Tetapi bagaimana membawa perusahaan industri kelapa berinvestasi di Inhil. Di mana akan melahirkan produk hilirisasi kelapa, penyerapan kelapa petani akan meningkat dan tenaga kerja tempatan akan juga terserap.

Ditanya soal mengapa PT Pulau Sambu mampu bertahan seperti sekarang, padahal bayak perusahaan industri kelapa di Inhil yang tutup dan gulung tikar di tengah ketersediaan bahan baku kelapa yang mencukupi, Alim Ginting menjelaskan, awalnya kelapa hanya diolah dalam bentuk kopra saja. Kopra diolah, dijemur jadi minyak dan bungkil kelapa.

Bila perusahaan industri kelapa hanya bertahan di dua produk itu saja, tidak akan bertahan lama dan akan tutup. Pasalnya, minyak goreng dari kelapa akan kalah saing dari minyak goreng yang dihasilkan dari buah sawit.

Dulu, kelapa sawit belum berkembang tetapi sekarang sudah jauh berkembang dan buming. Minyak sawit lebih murah dan kadar proteinnya lebih tinggi. Karena itu PT Pulau Sambu terus berinovasi dengan mengolah kelapa dengan berbagai macam produk.

“Kalau cuma kopra saja, perusaahaan akan tutup dan harga kelapa akan jauh lebih anjlok,” kata Ginting.

PT Pulau Sambu berinovasi dengan membuat santan kelapa, air kelapa kemasan sebagai produk unggulan. Minyak kelapa yang di olah hanya sebagian kecil saja yang diambil dari kualitas B kelapa. Untuk produk santan dan air kelapa di hasilkan dari buah kelapa berkualitas A.

“Ini juga bagian dari srategi kami membanu petani agar harga kelapa petani tidak terjun bebas. Kalau PT Pulau Sambu juga hanya mengolah kopra, maka akan jauh lebih anjlok harga kelapa petani di Inhil,” sambung Ginting.

Strategi lain untuk mengurangi rantai kelapa yang panjang, PT Pulau Sambu langsung terjun membeli kelapa-kelapa petani dengan membuat pancang-pancang yang jaraknya lebih dekat dengan petani dengan harga beli sama dengan pabrik.

Dalam situasi apa pun, PT Pulau Sambu tetap produksi. Walaupun harga murah, penjualan kelapa di luar susah. Sebab permintaan di luar negeri mengalami penurunan akibat krisis ekonomi global yang diakibatkan dari pecahnya perang Rusia vs Ukraina, di tambah hantaman Covid-19 yang belum pulih total yang berpengaruh terhadap harga kelapa dan industri kelapa. Tetapi perusahaan tetap melakukan pembelian kelapa petani agar petani tetap ada pemasukan bagi ekonominya.

Apalagi kebun kelapa perusahaan hanya 10 persen dari kebutuhan bahan baku yang dibutuhkan. Sentra-sentra kebun kelapa petani, seperti Guntung, Kuala Enok dan lainnya, perusahaan membantu pembuatan tanggul dari ancaman air pasang.

Persoalan lain kelapa di Indonesia, belum adanya tata niaga tentang kelapa atau undang-undang yang mengaturnya. Sementara jika di bawa keluar, yang menikmati pihak luar. Mulai dari pajak, tenaga kerja sampai pada biaya ekspornya. Karena itu, PT Pulau Sambu welcome terhadap perusahaan industri kelapa yang akan berinvestasi di Inhil. Agar industrinya berkembang, tenaga kerja terserap, harga kelapa petni bisa lebih baik.

 









Tuliskan Komentar anda dari account Facebook